Kumpulan
Lengkap Puisi Prilly Latuconsina, Lima
Detik Dan Rasa Rindu
Kumpulan Lengkap Puisi Prilly Latuconsina, Lima Detik Dan Rasa Rindu Di
bawah ini adalah beberapa puisi Prilly Latuconsina 5detik dan rasa rindu, buat
anda yang ingin membuat puisi atau ingin mencari bahan referensi silahkan simak
secara lengkap berikut dibawah ini; terdapat beberapa pilihan puisi yang sangat
menarik untuk di baca dan dijadikan bahan refarensi untuk pembuatan puisi
selengkapnya berikut dibawah ini;
Kunjungi juga:Kumpulan Puisi Taufiq Ismail
#
Aku
tidak mencintaimu selamanya
Karena
selamanya adalah waktu yang lama
Dan
waktu bisa mengubah hal yang kadang tidak mau kuubah
Lebih
baik aku mencintaimu sepanjang hari
Dan
itu berlaku untuk besok, lusa dan seterusnya
#
Beruntunglah
kamu
jika
dicintai oleh orang yang suka menulis sepertiku
Karena
kemanapun kamu pergi,
namamu,
dan semua tentangmu akan abadi
dalam
sajakku.
Dongeng
Kesukaan
Kepergianmu
membuatku bersyukur
karena
tidak lagi hidup di dunia dongeng, tidak lagi
bahagia
akan harapan-harapan semu
yang
tak kunjung menjadi nyata
Tapi
ironisnya, aku lebih suka hidup di dunia dongeng.
Kepergianmu
membangunkanku dari mimpi.
Mengakhiri
kisah masih dalam negeri dongeng
harapan-harapan
yang muskil terjadi
Ah,
ternyata
aku masih betah di sana
Dongeng
yang indah.
Selalu
kamu
Aku
iri dengan laut yang tidak bergantung pada angin,
hampa
udara pun tetap indah dengan biru yang membias.
Di
sini aku hanya bisa menatap rintik hujan, membalutku
dingin
membuat jantungku makin mengigil, akhirnya
seketika
ku sampai pada titik rindu,
yang
enggan absen di kepalaku.
Kamu.
Tuntutan
Cinta
ini menuntut untuk tetap dekat tapi jarak tidak setuju.
Rindu
ini menuntut untuk tersampaikan tapi waktu menolaknya.
Kalau
begitu aku berdoa saja,
karena
tuhan tidak akan menolak doa bukan?
Cinta
tak Berbatas
Seketika
cinta tak lagi memiliki garis tepi, hilang batas perangkap
rindu
yang kesunyian dan malam tak lebih dari ruang sepi yang diisi
jejak
sang waktu yang berjarak. Sekali lagi, aku sepi sempurna.
#
Aku
itu seperti hujan ya?
Walau
sejuk tetap saja kamu berteduh
#
Sakit
yang terdalam adalah yang tak terlihat oleh mata
Kesedihan
yang terdalam adalah yang tak terucap oleh kata
Dalam
Diam Mencintai
Mencintai
dalam diam sudah menjadi kebiasaanku …
di
sinilah aku, menikmati jingga sang senja sambil mencium aroma
harum
sang rindu, mengawasi dalam jarak dan mendoakanmu
dalam
sepi. Untukmu si indah.
#
Jangan
kembali
hari
ini maupun esok,
aku
akan menolak walau hati menangis
menahan
rindu.
Kembalilah
saat kamu sadar
aku
adalah tempatmu pulang
bukan
sekadar singgah.
Rindu
Berulah
Rindu
itu menjelma jadi angin yang terarah,
menyelinap
masuk ke ruang hatiku yang masih saja kemarau,
beribu
kata cinta pun tak ada artinya,
jika
tak bisa menyatukan detakmu ke detakku.
Dan
di sinilah aku,
diam
bersama sepi
terkoyak
penantian.
5
Detik ke Lorong Kenangan
5
detik tak sengaja menatap mata itu lagi.
Menarikku
pada lorong waktu, masa lalu.
Saat
pertama retina kita saling bertemu.
Tidak
menyalahkan kamu sama sekali,
aku
benci akan diriku,
keadaan
dan rasa rindu yang terus hidup.
#
Rindu
menebarkan rasa
sepasang
ingatan yang tak ingin hilang,
menjelma
genang air mata.
#
Aku
lelah merindukanmu
Tak
sedikit walau hanya sedetik
Kamu
seperti pekerja keras di otakku
dan
tak kenal kata libur.
Merindukanmu
adalah candu
Dan,
aku sudah ketergantungan.
#
Jika
nanti cinta dan rindu tak terdengar
di
telingamu lagi, percayalah doaku akan setia
memeluk
jiwamu hingga malam
yang
menyendiri.
Posesif
Seharusnya
cintamu belajar pada kesederhanaan gerimis yang ritmis:
Tenang
dan menyejukkan.
Tak
memberiku rasa takut.
Tak
mengharuskanku menjawab beribu rasa curiga.
Aku
memilih Mengenangmu
Aku
memilih mencintaimu dalam diam
karena
di sana aku tidak menerima penolakan.
Aku
memilih menyayangimu dalam kesendirian
karena
kesendirian tidak mengharuskanku berjuang berulang kali.
Aku
memilih angin yang menyampaikan rinduku
agar
kamu bisa merasakan desaunya setiap hari.
Aku
memilih menggenggammu di dalam mimpi
karena
di mimpi tidak ada kata akhir.
Noktah
Teruntai
noktah-noktah abadi.
Merajut
garis dunia terbalut panorama
Di
ufuk sana, terbalut pelangi-pelangi,
nuansa-nuansa
diretaskan
menggores
memori indah.
#
Terlalu
menjaga perasaan orang lain
sampai
aku lupa tak ada yang menjaga perasaanku,
terlalu
tidak ingin menyakiti
sampai
aku tak sadar selama ini aku bahagia
di
atas kepura-puraan.
Kadang
hidup selucu itu.
Sumber
; Data buku kumpulan puisi, Judul : 5 Detik dan Rasa Rindu, Penulis : Prilly
Latuconsina, Penerbit : The PanasDalam Publising, Bandung, Cetakan : IV, Juni
2017 (Cet. I: Feb 2017, III: Maret 2017), Tebal : 156 halaman (111 puisi, 45
puisi berjudul, 66 puisi bertanda #), ISBN : 978-602-61007-0-2, Penyunting :
Fuad Jauharudin, Ilustrasi sampul : Nafan, Desain : Pidi Baiq, Desain isi :
Deni Sopian